Sore itu mendung mulai menggelayuti sekitaran kampus UNNES, tepatnya
daerah banaran, sekaran dan patemon dimana kebanyakan para mahasiswa
UNNES menetap. Ketika melihat mendung itu orang-orang pun akan berpikir
bahwa ini akan hujan tak terkecuali pun aku. Memandang mendung yang
begitu gelap, secara tidak langsung pikiran ini akan mengatakan bahwa
malam ini akan hujan deras.
Malam itu adalah hari jum’at
berarti KII selanjutnya akan diadakan. Bismillah semoga tidak hujan
deras. Seusai sholat magrib aku dan teman-teman mulai bersiap-siap
sembari menunggu hujan reda. Pukul 18.45 hujan mulai tampak reda
walaupun sedikit gerimis masih membasahi jalanan. Dengan ditemani rintik
hujan malam itu, kami pun berangkat menuju masjid At-Taqwa Patemon
untuk menghadiri dan menimba ilmu utamanya, dalam kajian islam intensif IMM HAMKA UNNES. Kali ini tema yang diusung adalah mengenai “Bekalku untuk Kekasihku” dengan pembicara Ustadz Arifin.
Pak
Arifin memulai kajian malam itu dengan mengatakan bahwa anak muda
mempunyai idealisme yang tinggi, maka harus diimbangi dengan ilmu agama
yang tinggi pula. Kemudian beliau melanjutkan dengan menyampaikan
beberapa kalimat untuk memotivasi kami untuk terus semangat dalam
menuntut ilmu dan menempa diri. Tentang bekalku untuk kekasihku, sebelum
ditelaah lebih dalam, mungkin beberapa orang akan berpikiran bahwa kata
“kekasihku” akan merujuk pada seorang suami atau istri. Mungkin Dalam
benaknya akan bertanya-tanya, apa sich bekalku untuk suamiku nanti atau
untuk istiku nanti? Tapi disini “kekasihku” merupakan kata yang merujuk
kepada Allah, kekasih kita yang sesungguhnya. Allah Yang telah
melimpahkan kasih dan sayang-Nya, nikmat dan rezeqi-Nya, rahmat dan
hidayah-Nya, kepada kita hambanya, yang selalu dianugrahi Cinta
oleh-Nya, oleh Sang Maha Cinta. Semoga Engkau selalu menjaga cinta kami
dan kamipun bisa selalu menjaga hati kami(Amin).
Bahwa sebenarnya bekal kita sebagai seorang muslim adalah, yang pertama menguatkan selalu Aqidah kita. Dalam
kajian malam itu, dijelaskan bahwa Aqidah merupakan sebuah fondasi bagi
setiap muslim. Tanpa fondasi yang kuat atau Aqidah yang kuat, iman kita
akan gampang tergoyahkan oleh apapun. Oleh karena itu, aqidah yang kuat
adalah sebagai fondasi kita mengarungi kehidupan. Aqidah disini juga
dihubungkan dengan Tauhid Rububiyah, dimana tauhid rububiyah menjelaskan
bahwa hanya Allah-lah yang harus ditakuti dan dimintai pertolongan.
Yang kedua adalah hendaknya kita sebagai intelektual muslim memiliki ilmu sebanyak-banyaknya.
Telah dijelaskan berkali-kali dalam kajian maupun diskusi manapun bahwa
mereka yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya beberapa
derajat oleh Allah. Dan seorang pribadi yang unggul harus mempunyai
ilmu, begitupun setelah mendapat ilmu itu harus diamalkan. Karena
sebagaimana kata pepatah bahwa “ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon
yng tidak berbuah”, berbanding lurus dengan kita ketika ilmu yang kita
miliki tidak kita amalkan dengan sebaik-baiknya, maka ilmu itu tidak
memberi manfaat bagi kita sendiri dan bagi orang lain.
Kemudian, yang ketiga adalah kuat jasadiyah
yakni kuat fisik dalam rangka untuk beribadah kepada Allah SWT. Kita
harus mampu memelihara apapun yang diberikan oleh Allah terutama
mengenai fisik dan badan kita. Kita harus mampu menjaganya dengan baik
sebagai tanda dan bukti bahwa kita selalu mensyukuri nikmat-Nya. Antara
lain adalah dengan menjaga pola makan setiap harinya dan berolahraga
untuk memperlancar peredaran darah dalam tubuh kita.
Yang keempat adalah Ibadah yang kuat. Artinya
kita harus bisa mengatur waktu kita dengan baik. Karena apapun yang
bisa kita kerjakan untuk beribadah sekarang, lakukanlah sekarang juga,
tak perlulah menundanya nanti ataupun esok hari. Seperti motto hidup
beliau “Kerjakan apa yang bisa dikerjakan dan jangan banyak menunggu.”
Motto hidup beliau ini juga mengarah mengenai kemanfaatan diri kita,
tentang bagaimana kita melakukan sesuatu untuk memperjuangkan hidup kita
tanpa harus menunggu belas kasihan orang lain. Mengenai mengatur waktu
kita pun harus memanagenya dengan baik. Seperti blog yang pernah saya
baca, management waktu yang baik adalah bagaimana kita mampu
memanfaatkan waktu dengan produktif, efektif dan efisien dari setiap
aktivitas yang kita lakukan, dan juga memiliki targetan dan tujuan yang
jelas serta memiliki skala prioritas.
Yang kelima atau yang terakhir adalah kuat rezeqinya.
Merupakan keharusan bila dipikir lagi, karena ketika seorang muslim
kaya/kuat rezeqinya, ia lebih mudah untuk beramal dengan hartanya, dan
bisa membantu sesamanya. Dan keoptimisan pun dituntut dalam rangka
menguatkan rezeqinya, seorang muslim harus yakin dan percaya bahwa ia
mampu untuk membangun hidupnya lebih baik melalui jalan yang baik pula.
Itulah beberapa bekal kita yang nantinya akan kita bawa untuk bertemu kekasih kita, Allah SWT. Semoga kita selalu bisa menjadi pemuda dan pemudi yang hatinya terpaut pada Allah dan selalu ingin beribadah kepada-Nya. Amien…
4 November 2013
writer : Olga || Post : Cha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar