Sabtu, 26 Juli 2014

Bekalku Untuk Kekasihku #KII

     Sore itu mendung mulai menggelayuti sekitaran kampus UNNES, tepatnya daerah banaran, sekaran  dan patemon dimana kebanyakan para mahasiswa UNNES menetap. Ketika melihat mendung itu orang-orang pun akan berpikir bahwa ini akan hujan tak terkecuali pun aku. Memandang mendung yang begitu gelap, secara tidak langsung pikiran ini akan mengatakan bahwa malam ini akan hujan deras.

     Malam itu adalah hari jum’at  berarti KII selanjutnya akan diadakan. Bismillah semoga tidak hujan deras. Seusai sholat magrib aku dan teman-teman mulai bersiap-siap sembari menunggu hujan reda. Pukul 18.45 hujan mulai tampak reda walaupun sedikit gerimis masih membasahi jalanan. Dengan ditemani rintik hujan malam itu, kami pun berangkat menuju masjid At-Taqwa Patemon untuk menghadiri dan menimba ilmu utamanya, dalam kajian islam intensif  IMM HAMKA UNNES. Kali ini tema yang diusung adalah mengenai “Bekalku untuk Kekasihku” dengan pembicara Ustadz Arifin.

     Pak Arifin memulai kajian malam itu dengan  mengatakan bahwa anak muda mempunyai idealisme yang tinggi, maka harus diimbangi dengan ilmu agama yang tinggi pula. Kemudian beliau melanjutkan dengan menyampaikan beberapa kalimat untuk memotivasi kami untuk terus semangat dalam menuntut ilmu dan menempa diri. Tentang bekalku untuk kekasihku, sebelum ditelaah lebih dalam, mungkin beberapa orang akan berpikiran bahwa kata “kekasihku” akan merujuk pada seorang suami atau istri. Mungkin Dalam benaknya akan bertanya-tanya, apa sich bekalku untuk suamiku nanti atau untuk istiku nanti? Tapi disini “kekasihku” merupakan kata yang merujuk kepada Allah, kekasih kita yang sesungguhnya. Allah Yang telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya, nikmat dan rezeqi-Nya, rahmat dan hidayah-Nya, kepada kita hambanya, yang selalu dianugrahi Cinta oleh-Nya, oleh Sang Maha Cinta. Semoga Engkau selalu menjaga cinta kami dan kamipun bisa selalu menjaga hati kami(Amin).
     Bahwa sebenarnya bekal kita sebagai seorang muslim adalah, yang pertama menguatkan  selalu Aqidah kita. Dalam kajian malam itu, dijelaskan bahwa Aqidah merupakan sebuah fondasi bagi setiap muslim. Tanpa fondasi yang kuat atau Aqidah yang kuat, iman kita akan gampang tergoyahkan oleh apapun. Oleh karena itu, aqidah yang kuat adalah sebagai fondasi kita mengarungi kehidupan. Aqidah disini juga dihubungkan dengan Tauhid Rububiyah, dimana tauhid rububiyah menjelaskan bahwa hanya Allah-lah yang harus ditakuti dan dimintai pertolongan.

     Yang kedua adalah hendaknya kita sebagai intelektual muslim memiliki ilmu sebanyak-banyaknya. Telah dijelaskan berkali-kali dalam kajian maupun diskusi manapun bahwa mereka yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya beberapa derajat oleh Allah. Dan seorang pribadi yang unggul harus mempunyai ilmu, begitupun setelah mendapat ilmu itu harus diamalkan. Karena sebagaimana kata pepatah bahwa “ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yng tidak berbuah”, berbanding lurus dengan kita ketika ilmu yang kita miliki tidak kita amalkan dengan sebaik-baiknya, maka ilmu itu tidak memberi manfaat bagi kita sendiri dan bagi orang lain.

     Kemudian, yang ketiga adalah kuat jasadiyah yakni kuat fisik dalam rangka untuk beribadah kepada Allah SWT. Kita harus mampu memelihara apapun yang diberikan oleh Allah terutama mengenai fisik dan badan kita. Kita harus mampu menjaganya dengan baik sebagai tanda dan bukti bahwa kita selalu mensyukuri nikmat-Nya. Antara lain adalah dengan menjaga pola makan setiap harinya dan berolahraga untuk memperlancar peredaran darah dalam tubuh kita.

     Yang keempat adalah Ibadah yang kuat. Artinya kita harus bisa mengatur waktu kita dengan baik. Karena apapun yang bisa kita kerjakan untuk beribadah sekarang, lakukanlah sekarang juga, tak perlulah menundanya nanti ataupun esok hari. Seperti motto hidup beliau “Kerjakan apa yang bisa dikerjakan dan jangan banyak menunggu.” Motto hidup beliau ini juga mengarah mengenai kemanfaatan diri kita, tentang bagaimana kita melakukan sesuatu untuk memperjuangkan hidup kita tanpa harus menunggu belas kasihan orang lain. Mengenai mengatur waktu kita pun harus memanagenya dengan baik. Seperti blog yang pernah saya baca, management waktu yang baik adalah bagaimana kita mampu memanfaatkan waktu dengan produktif, efektif dan efisien dari setiap aktivitas yang kita lakukan, dan juga memiliki targetan dan tujuan yang jelas serta memiliki skala prioritas.

     Yang kelima atau yang terakhir adalah kuat rezeqinya. Merupakan keharusan bila dipikir lagi, karena ketika seorang muslim kaya/kuat rezeqinya, ia lebih mudah untuk beramal dengan hartanya, dan bisa membantu sesamanya. Dan keoptimisan pun dituntut dalam rangka menguatkan rezeqinya, seorang muslim harus yakin dan percaya bahwa ia mampu untuk membangun hidupnya lebih baik melalui jalan yang baik pula.

     Itulah beberapa bekal kita yang nantinya akan kita bawa untuk bertemu kekasih kita, Allah SWT. Semoga kita selalu bisa menjadi pemuda dan pemudi yang hatinya terpaut pada Allah dan selalu ingin beribadah kepada-Nya. Amien…

4 November 2013
writer : Olga || Post : Cha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar