Minggu, 27 Oktober 2013

KAJIAN ISLAM INTENSIF edisi II

KAJIAN ISLAM INTENSIF edisi II

Alhamdulillah akhirnya Kajian Islam Intensif edisi II terlaksana juga, mengingat agenda ini seharusnya dilaksanakan satu minggu setelah edisi pertama. Mungkin ada beberapa hambatan dari panitia sehingga Kajian Islam Intensif (KII) mundur beberapa minggu dari rencana yang seharusnya rutin diadakan tiap minggunya. Tapi, dengan mengucap bismillahirahmannirrohim insyaAllah dengan komitmen dari panitianya kajian ini akan diadakan tiap minggunya dengan tema yang bebeda-beda yang akan selalu menambah wawasan dan ilmu agama kita. Sehingga, kita mampu menjalankan syari’at agama islam sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW dengan berdasar Alqu’an dan Al-hadits. Karena agama islam merupakan agama yang harus selalu dikaji agar kita bisa mengetahui mana yang memang benar-benar perintah Allah dan mana yang merupakan larangan-Nya serta dapat mengetahui mana yang merupakan sunah rosul dan mana yang bukan.

Kajian islam intensif kali ini membahas mengenai tema wanita yakni “Adabul Mar’i” dengan pembicara Bapak Zaim El Mubarrok. Tema ini diambil dari bahasa arab yang artinya kepribadian seseorang, yang disini membahas mengenai kepribadian seseorang wanita. Tapi bapak Zaim tidak hanya spesifik kepada wanita saja tapi secara keseluruhan. Beliau mengatakan bahwa “Adab” dalam bahasa arab berarti “etika”. Kemudian beliau menjelaskan bahwa kita hidup bermasyarakat haruslah mempunyai etika yang benar, baik terhadap sesama muslim maupun non muslim. Sebagaimana telah dicontohkan nabi Muhammad, dalam sebuah peristiwa pada tahun ke 5 H, nabi Muhammad mengutus beberapa orang untuk hijrah ke Habsyah (sekarang Ethiopia) untuk meminta bantuan dimana negeri itu dipimpin oleh seorang raja yang beragama nasrani. Kemudian apa alasan nabi Muhammad meminta suaka politik kepada agama yang berbeda?, jawabannya adalah karena raja itu terkenal mempunyai adab yang baik.
  
Lalu, Bapak Zaim menjelaskan juga mengenai manusia yang salah mempresepsikan atau salah mengartikan mengenai kekayaan dan kemiskinan. Sebagaimana dalam surat Al-fajr ayat 15-16 yang artinya “Adapun manusia apabila Tuhan-nya mengujinya, lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila tuhan-nya mengujinya, lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, tuhanku menghinakanku.” Begitulah manusia, penjelasan dalam Al-qur’an ialah Allah SWT menyalahkan orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian dari Allah SWT bagi hamba-hambanya.

Adab dalam sebuah pernikahan juga seperti itu, ketika memulai sebuah hubungan suami istri seharusnya suami dan istri juga harus mempunyai adab yang benar, sebagaimana telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW yakni berdoa di ubun-ubun sang istri kemudian sholat 2 rakaat. Begitulah adab yang benar agar setan tidak turut campur dalam sebuah hubungan suami istri. Bapak Zaim juga menghubungkannya dengan alasan mengapa anak bisa nakal, salah satu kemungkinannya adalah dalam hal tersebut.

Kemudian mengenai seorang wanita yang berhubungan dengan perintah berjilba dan syarat jilbab telah tercantum dalam Qs Al-ahzab : 59 dan Qs An-nur : 31. “Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuan , dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang.”(Al-ahzab : 59) Bagaimana menganalisis arti ayat ini dengan baik dan benar. Pak zaim juga melontarkan pertanyaan, Mengapa dalam ayat ini yang diseru adalah nabi (laki-laki) untuk memberi tahu kaum perempuan untuk mengulurkan jilbabnya, tidak langsung saja menyeru pada kaum perempuan untuk mengulurkan jilbabnya. Karena memang laki-laki lah yang bertanggungjawab terhadap kaum perempuan untuk menyuruh mereka memakai jilbabnya. Sehingga tanggung jawab laki-lakilah yang memang lebih besar dibanding kaum perempuan. Karena kaum laki-laki bisa saja berdosa bila tidak menyuruh kaum perempuan di sekitarnya untuk  memakai jilbabnya.

Selanjutnya mengenai syarat jilbab itu sendiri dijelaskan Allah dalam Qs An-nur 31 yang artinya “katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka atau putra-putra mereka……..” begitulah bagaimana Allah menyuruh hamba-hambanya yang perempuan untuk menutup auratnya dengan berjilbab, dan beberapa hadits juga menyebutkan bagaimana syarat jilbab yang syar’i antara lain tidak membentuk lekuk tubuh dan tidak tipis. Karena sama saja mereka berjilbab tapi telanjang. Akibatnya mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Seperti dikatakan dalam HR. Muslim, “Dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu (jaraknya jauh sekali).

Semoga kita selalu diberikan hidayah dah petunjuk-Nya, untuk bisa introspeksi dan berbenah diri menjadi pribadi yang lebih baik dan menjadi hamba yang semakin bertaqwa kepada tuhan-nya.
 Amin,…. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar