Selasa, 31 Juli 2012

Unfinished Recording Bagian I


Rizal Fauzi (Ketua Bidang Kaderisai IMM HAMKA Unnes)


Sore itu wajah Lutfi terlihat berubah, begitu gelisah tanpa arah, lemah, tak cerah seperti biasanyah, mau marah pun cuma setengah-setengah, tak bergairah, seolah-olah hanya dia di dunia ini yang bermasalah. (apah cobah inih dah..hehehehe).

Moment yang ia nantikan selama ini sirna sudah,  ratusan jam ia habiskan hanya untuk menunggu bagaimana akhir dari semuanya, akhir dari sebuah kisah tragis yang memilukan, mengenaskan, dan mengharukan. Sinetron “Sarung Yang Ketukar” ini benar-benar membuat Lutfi terlena dan tidak bisa membuat dia berkedip bahkan untuk sekali kedipan pun. Kisah yang sangat inspiratif menceritakan bagaimana persahabatan dua sejoli yang berbeda agama di Ambon yang berjuang memperjuangkan cita-cita mereka untuk menunjukan indahnya sebuah toleransi beragama yang sayangnya harus berbuntut tangis. Lutfi begitu kecewa karena episode terakhir yang dia tunggu-tunggu tidak bisa dia tonton langsung karena dia harus mengantar ibunya berbelanja kain dan benang jahit untuk keperluan usaha jahit ibunya.

“Kamu kenapa..??? marah ya sama Bue???” Tanya Bue (ibu) sambil memeriksa belanjaanya.
Lutfi diam tanpa gerakan sedikit pun, matanya menatap lurus kedepan, kosong, mukanya pun sengaja dijelek-jelekan (sok okey bener..hehehe)
“Yowes, Bue minta maaf yaa..kalau dah buat kamu kehilangan episode terakhir yang sangat kamu nanti-nantikan.” Kata Bue mencoba mencairkan suasana.
“Maafin Lutfi Bue, yang jadi masalah bukan satu episode terakhir itu Bue, tapi Lutfi gak bisa ngelihat kak Meyda Sefira baca puisi di depan rakyat Ambon.” (Pada cuplikan episode selanjutnya Meyda Sefira begitu menggebu-gebu membacakan puisi di depan masyarakat Ambon).
“Kak Meyda?? Emang dia siapa?” Tanya Bue penasaran.
“Dia adalah pemeran Sarah dalam Film ini Bue, udah Cantik, Solekhah, Anggun, Istimewa sekali Bue, apalagi sewaktu dia membaca puisi sampai meneteskan air mata, beeuuhh…semakin sempurna, rasanya ingin jadi orang yang bisa selalu menyeka setiap tetes air matanya saat dia lagi nangis...hehehe” (Lutfi Mode : On).
 “Haalaahhh…Aja ngimpi wae nang, je esuk ki..tangi..tangi…(jangan mimpi terus nak, masih pagi ini..bangun..bangun…).” Bue tersenyum mendengar dan melihat Lutfi kembali normal lagi.
“Hehehe…yow gak apa-apa Bue, siapa tahu aja Si Punguk ini bener-bener bisa ketemu Bulan, gak lagi main rindu-rinduan…hahahahaha”
“bisa-bisa ne kowe wae nang…hehehe (bisa saja kamu nak..)”
“Yaudah besok Bue kenalin kamu sama Sarah, ini bener-bener The Real Sarah...” kata Bue sambil pamer logat Inggris beraksen Jawanya.
“Wuiddiiihhh belajar dimana Bue?? ngeri tenan bahasane…hehehe, emang Sarah siapa Bue?” Tanya Lutfi penasaran.
“hehehe Bue sering liat spanduk di depan komplek itu, kata bapak artinya asli atau sebenarnya, untuk Sarah, langsung ketemu besok saja, dia rencana mau ngambil baju pesanannya. Menurut Bue dia bener-bener IS-TI-ME-WA, gak kalah sama Meyda.”
“Yaudah kamu antar baju-baju ini dulu, alamatnya udah Bue sertakan didalamnya, kalau udah, sekalian dimintai uangnya.” sambung Bue sambil menyerahkan bungkusan kresek besar ke Lutfi.

Malamnya…
“tok..tok..Assalamu’alaikum…” suara ketukan terdengar dari balik pintu kamar Lutfi.
“Wa’alaikumsalam…” sambil membuka pintu.
“siapa ya..??” Sambil tengak-tengok mencari.
“gak lucu dah.”
Cukup lama mencari namun Sang pengetuk pintu pun tidak muncul sama sekali. Akhirnya Lutfi memutuskan untuk masuk kedalam kamar lagi. Sampai tiba-tiba ketika akan masuk kembali ke kamarnya, sarung yang dipake Lutfi terasa ada yang menarik-narik, setelah dia tengok…
“Masya Allah…!!!!Zahra…!!! aku kira siapa??” Teriak Lutfi, kaget melihat Zahra Adik kecilnya yang berkerudung memakai kacamata hitam gelap sedang nyengiirr dibalik pintu, terlihat juga sedikit bekas ingus di ujung lubang hidungnya.
“ihh kaka mah gitu sama adiknya sendiri, nyebeliinn…mentang-mentang Zahra kecil yak..??” kata Zahra sambil cemberut.
“hehehe… nggak kok adikku yang manis dan imut ini, kaka nggak ngelihat Zahra, tadi kaka lagi ngelamun didalam, jadi sedikit agak terombang-ambing”
“awaaasss kak, bahaya laten melamun, bikin ayam tetangga pada mati..!!” kata Zahra sedikit Bete.
“hahaha…loohh, dari mana kamu tahu kata “bahaya laten”? bisa saja kamu dek, ada apa tumben malam-malam gini silaturahmi ke kamar??”
“Kak Lutfi pengen ketemu Kak Mmm..eemee..y..=Mey D..ada..=Da, Meyda yak?” Eja Zahra.
“hehehe... ya gimana ya dek, kalau dikatakan pengen, sangat ingin sekali bertemu dia. Ada apa emang? Zahra tahu rumahnya?”
“Nggak Kak, ini Zahra dapet poster sepulang sekolah tadi.” Kata Zahra sambil menyerahkan secarik poster yang dia gulung-gulung.

Lomba baca Puisi, dengan tema “Love Because Allah” pemenangnya akan berkesempatan membaca puisi bersama Meyda Sefira, dan berksempatan beradu Akting di “Sarung Yang Tertukar The Movie”, lomba diadakan 2 minggu lagi, lokasi lomba di Gedung Kesenian lt.2. (gambaran umum poster yang di bawa Zahra).
“Kalau gitu Zahra pamit dulu Kak, barangkali Kak Lutfi mau istirahat dulu.” Pamit Zahra.
“owh ya dek, makasih yak, maaf tadi becandanya kelewatan hehehe…”
“owkey Kak.”

Di dalam kamar, Lutfi memikirkan tentang ketertarikannya pada poster yang diberi Zahra.
“Gimana yak caranya bikin Puisi?? Apa yang harus aku tulis pertama kali?? Apa aku bisa bikin puisi dengan tema seperti itu??” gumam Lutfi dalam hati.
Pertanyaan-pertanyaan itu terus bergejolak di hati Lutfi, ambisinya untuk ikut serta tidak sebanding dengan kemampuannya. Sampai akhirnya…



Oleh : Rizal Fauzi
Ketua Bidang Kaderisasi IMM Hamka Unnes..

admin::: :) dukung rizal, dukung rizal !!!!!!


2 komentar: