Selasa, 23 Agustus 2011

Pertarungan Kaum Liberal: Kontradiksi Pikiran Bryan Caplan


Oleh: Giyanto
Akhir minggu lalu, di Mises Institute blog terjadi ‘pertarungan’ sengit antara pendukung perbankan bebas dengan baku emas dengan pendukung perbankan bebas pendukung Fractional Reserve Bank (FRB). Diskusi sengit seperti ini mungkin tidak akan kita lihat di negara kita, karena kebanyakan intelektual di negeri kita memang keturunan beo….
Terlepas dari penilaian tersebut, dalam ocehan kali saya akan sedikit mengomentari makna filsafat kebebasan.  Dalam hal ini tentang bagaimana seharusnya dunia perbankan dijalankan. Ketika seseorang mendeklarasikan dirinya sebagai pengusung ideologi pasar bebas, seharusnya dirinya tidak terjebak dalam alur logika yang kontradiktif dengan filsafat yang diusungnya.
Bryan Caplan
Semisal argumen Bryan Caplan yang mendukung sistem FRB. Konon Caplan adalah seorang anarkis pasar bebas yang mendukung hak milik individu, tapi ia membela sistem FRB perbankan. Dia secara gegabah mendukung bahwa ‘tabungan’ seseorang boleh saja dibagi-bagi kemudian diutangkan ke beberapa orang dengan nilai yang berlipat ganda. Artinya, ketika sebuah bank memiliki ‘cadangan dana’ 10 milyar maka dia boleh saja memberi pinjaman kepada pengusaha senilai 100 milyar. Pertanyaannya, darimanakah uang 90 milyar tersebut didapat?
Menurut pendukung Caplan yang mengaku ‘liberal’ tersebut, uang 90 milyar merupakan hasil nilai jaminan yang diberikan pengusaha kepada perbankan dengan nilai yang setara diberi oleh nilai agunan sang pengusaha. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa sebuah bank tidak dapat dikatakan mencuri hak milik penabung dengan back up agunan asset sang pengusaha-menurut pendapat Caplan.
Berbeda dengan paham penganut sistem perbankan deposit dengan cadangan emas. Mereka, Mises-Rothbard dkk.–dengan prinsip hak milik, mengatakan bahwa seharusnya jumlah deposit bank harus setara dengan jumlah ‘nota uang’ yang beredar di pasar, ataupun setara dengan jumlah uang yang dipinjamkan kepada pengusaha. Jadi tidak ada ‘perlipatan’ nilai uang di perbankan.  Terlepas efek buruk sistem FRB yang dapat memicu terjadinya krisis, saya akan mencoba menyoroti dari sisi prinsip filsafat pasar bebas yang saya pahami.
Salah satu prinsip dasar paham pasar bebas adalah adanya pengakuan hak milik pribadi. Dalam sistem ini, apabila diterapkan dalam konsep sistem perbankan kita, maka sang penabung memiliki hak penuh terhadap tabungannya. Seorang bankir harus secara penuh menjamin keamanan simpanan nasabah. Adapun risiko apabila terjadi kehilangan, perampokan, ataupun kredit macet adalah risiko yang memang seharusnya ditanggung oleh bankir—ini adalah sesuatu yang wajar dalam berbisnis. Kalaupun ada gagal bayar kredit dari seorang pengusaha, seharusnya yang dikorbankan bukanlah sang nasabah yang menabung di bank. Tanggungjawab tersebut sepenuhnya harus dipikul bersama oleh bankir yang meminjamkan dana dan juga pengusaha yang meminjam uang di bank tersebut. Bukan sebaliknya, harus dipikul oleh nasabah dengan kehilangan dananya—hal ini yang pernah kita lihat ketika terjadi “rush” tahun 2007, nasabah dibatasi pengambilan dananya cuma Rp. 20 juta. Bukankah ini namanya disebut keadilan? Ketika orang mengambil hak miliknya tapi dilarang pemerintah melalui pembatasan jaminan.
Kembali ke argumen Caplan. Menurut saya, Bryan Caplan—tokoh idola ekonom-ekonom ‘liberal’ kita— tidak dapat membedakan antara menabung dan berinvestasi. Ketika seseorang berniat menabung, apa yang diharapkannya adalah mengurangi ketidakpastian masa depan. Sehingga dirinya menyimpan sebagian dananya untuk mengurangi risiko masa depan.
Berbeda dengan berinvestasi: seorang investor dengan sengaja mengambil risiko untuk mendapat keuntungan.  Jadi dalam benak sang investor, dia akan siap menanggung segala apapun risiko asalkan dia berpotensi mendapat keuntungan. Apabila suatu saat sang investor tidak dapat mendapakan kembali dananya, dia akan siap dengan konsekuensi tersebut. Apabila dia mendapatkan keuntungan berdasarkan risiko yang dia ambil, itu juga merupakan balasan yang setimpal atas pilihannya.
Jadi menurut saya, Bryan Caplan, melalui sistem FRB yang didukungnya, menumpangtindihkan antara tujuan menabung dengan investasi. Dengan kata lain, dengan sistem FRB, sang penabung harus ikut menanggung segala risiko yang menjadi pilihan sengaja sang ‘investor’.
Jadi di sini, menurut saya, sistem FRB yang mengklaim diri bahwa dirinya adalah penganut pasar bebas yang menjamin kepemilikan individu, tidak dapat dikatakan sebagai liberal sejati. Barangkali benar apa yang dikatakan oleh seorang teman bahwa: musuh terbesar bagi gerakan liberalisme adalah kaum liberal itu sendiri!

disarikan dari http. www.akaldankehendak.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar